Jumat, 02 Oktober 2015

Bentuk Pasif dalam Bahasa Latin

1. Pendahuluan
            Bahasa Latin merupakan salah satu dari bahasa yang berasal dari rumpun Indo Eropa dan diperkirakan telah muncul sejak milenium kedua sebelum Masehi di tanah Italia. Semula sempat menjadi perdebatkan apakah bahasa Latin bersama dengan bahasa kuno Italia lainnya, seperti bahasa Faliska, bahasa Osko-Umbria dan bahasa Venesia, membentuk kelompok bahasa Italia yang terpisah sendiri. Walau begitu pandangan tersebut telah lama ditinggalkan. Bahasa Latin yang dikenal sekarang setidaknya telah melalui sembilan periode sejarah, yakni:
1)      Periode pra-literal ( hingga tahun 240 SM)
2)      Periode kuno (240 – 100 SM)
3)      Periode klasik (100 – 14 SM)
4)      Periode post-klasik (14 SM – 200 M)
5)      Periode akhir (200 – 600 M)
6)      Periode pertengahan (600 – 1300 M)
7)      Periode renaissance (1300 - 1600 M)
8)      Periode baru (1600 – 1900 M)
9)      Periode kontemporer (sejak tahun 1900 M)

Dalam klasifikasi tipe-tipe bahasa, bahasa Latin merupakan salah satu bahasa yang termasuk dalam kelompok bahasa inflektif, sintetis atau fusional. Maksudnya adalah bahwa bahasa seperti ini memiliki hubungan gramatikal yang diwujudkan dengan mengubah struktur internal dari kata-katanya, secara khusus dengan penggunaan akhiran infleksional yang menunjukkan beberapa makna gramatikal sekaligus (Crystal, 1997: 50)
Meski tak lagi dituturkan secara umum dalam percakapan sehari-hari, namun bahasa Latin masih menjadi bahasa resmi kalangan tertentu, misalnya dalam ritus Gereja Katolik Roma atau dalam istilah-istilah ilmiah. Ini hendak menunjukkan bagaimana bahasa yang sudah berusia lebih dari tiga milenium ini, masih eksis hingga sekarang. Bahkan harus diakui pula, bahwa beberapa kosakata dalam bahasa-bahasa Eropa modern masih dipengaruhi oleh bahasa Latin.
Seperti halnya bahasa yang lain, wujud dari bahasa Latin adalah ungkapan atau tuturannya dalam rupa kalimat. Salah bentuk atau variasi kalimat yang ada dalam bahasa Latin adalah bentuk pasif. Yang menjadi masalah utama yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana bentuk pasif dalam bahasa Latin, bagaimana perubahannya dari bentuk aktif dan apa saja bentuk nominal pasif dalam bahasa Latin. Pendekatan yang dimanfaatkan dalam pembahasan mengenai bentuk pasif bahasa Latin ini adalah pendekatan gramatikal, yakni dengan menguraikan dan menerangkan struktur dari bentuk pasif dari bahasa Latin. Untuk mengawali seluruh rangkaian pembahasannya, terlebih dahulu dibahas bagaimana bentuk dasar dari bahasa Latin dan apa saja teori-teori mengenai bentuk pasif.

a. Bentuk Dasar Bahasa Latin
            Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahasa Latin memiliki banyak infleksi atau perubahan kata yang menunjukkan hubungan-hubungan gramatikal. Setiap kata benda, kata kerja dan kata sifat dalam bahasa Latin dibentuk oleh sebuah akar kata (yang tidak pernah berubah) dan sebuah akhiran yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi kata tersebut dalam kalimat.
            Untuk setiap kata benda dan kata sifat, ada lima kategori akhiran baku, yang disebut dengan declinatio (deklinasi). Melalui akhiran-akhiran tersebut, kita dapat mengetahui apakah kata tersebut bersifat tunggal atau jamak, berjenis masculinum (laki-laki atau jantan), femininum (perempuan atau betina) atau neutrum (netral), serta juga casus-nya atau kategori gramatika yang menunjukkan hubungannya dengan kata lainnya.
            Ada enam (6) casus yang dipakai untuk mengenal fungsi sebuah kata dalam sebuah kalimat, yaitu:
-          Nominativus       : untuk menunjuk subyek,
-          Genitivus            : untuk menunjuk hubungan kepemilikan,
-          Dativus              : untuk menunjuk fungsi sebagai obyek tidak langsung,
-          Accusativus        : untuk menunjuk obyek langsung,
-          Ablativus            : untuk menunjuk hubungan pemisahan, asal, penyebab.

Masing-masing casus tersebut mempunyai akhiran untuk menyatakan pertaliannya dengan kata yang lain.
Dengan demikian dalam Bahasa Latin, setiap kata benda memiliki 12 infleksi (enam untuk jenis tunggal dan enam untuk jenis jamak) dan setiap kata sifat memiliki 36 infleksi (12 untuk jenis tunggal dan jamak masculinum, 12 untuk jenis tunggal dan jamak femininum, 12 untuk jenis tunggal dan jamak neutrum).
Untuk setiap kata kerja tersedia empat kategori akhiran baku, yang disebut dengan coniugatio (konjugasi). Dengan konjugasi tersebut dapat diketahui pelakunya (tunggal: saya/aku, engkau dia, atau jamak: kami (kita), kamu sekalian/kalian, mereka), kapan tindakan itu dilakukan/terjadi (sekarang, dulu dan akan datang), sifat aktif atau pasif, serta suasana psikologis tindakan tersebut (sebuah harapan, perintah atau proses). Dari sisi konjugasi ini saja, setiap kata kerja dalam Bahasa Latin dapat memiliki lebih dari 60 infleksi.
Bahasa Latin dapat dikatakan memiliki susunan kata yang menarik dalam kalimatnya. Dalam bahasa-bahasa modern, penempatan kata menjadi penentu fungsi kata tersebut dalam kalimat, misalnya sebuah kata yang ditempatkan di depan sebuah kata kerja, biasanya ia berfungsi sebagai subyek. Dalam Bahasa Latin tidaklah demikian. Fungsi sebuah kata ditentukan oleh akhiran casus dari kata tersebut dan bukan oleh penempatannya dalam kalimat. Misalnya, kalimat “Puella (seorang gadis: casus nominativus – subyek) reginam (seorang ratu: casus accusativus – obyek) videt (sedang melihat: predikat)” dapat disusun menjadi “Reginam puella videt” atau “Videt reginam puella”, tanpa mengubah arti dan maknanya. Dalam Bahasa Latin, perubahan susunan tersebut sangat tergantung dari rasa berbahasa (Marwoto dan Witdarmono, 2004: 333-334)

b. Pengertian Pasif
Istilah kalimat pasif selalu dihubungkan dengan kalimat aktif, karena lazimnya, kalimat pasif itu dibentuk dari kalimat aktif. Namun tidak semua kalimat aktif dapat diubah menjadi kalimat pasif. Kalimat aktif yang dapat diubah menjadi kalimat pasif adalah kalimat aktif yang fungsi predikatnya diisi oleh verba transitif, yaitu verba yang memiliki komponen makna tindakan dan sasaran atau hasil. Secara formal klausa atau kalimat yang predikatnya berupa verba transitif ini akan diikuti oleh sebuah objek, yang berperan sebagai sasaran maupun sebagai hasil tindakan (Chaer, 2009: 201)
            Ketika kalimat pasif dibentuk dengan mengubah objek menjadi subyek klausa pasif, dalam pemasifan tersebut subyek klausa aktif secara teoretis mengalami tiga kemungkinan:
1.      konstituen ajentif (pelaku) wajib hadir dalam klausa pasif;
2.      konstituen ajentif hadir secara opsional dalam klausa pasif (artinya dapat diadakan, dapat juga tidak);
3.      konstituen ajentif tidak dapat hadir dalam klausa pasif.
Dari ketiga kemungkinan ini, hanya poin 1 yang dikecualikan: tidak ada bahasa dengan pasif sedemikian rupa sehingga konstituen ajentif wajib hadir. Jadi berkaitan  dengan konstituen ajentif dalam klausa pasif, konstituen tersebut dapat diadakan secara opsional atau tidak dapat diadakan sama sekali (Verhaar, 1996: 224)
Yang menjadi ciri khas dalam bentuk kalimat pasif adalah frase verba-nya, dan frase verba pasif ditunjukkan dalam kasus yang paling sederhana dalam modifikasi verba transitif secara sintaksis dan morfologis. Secara lebih spesifik, frase verba pasif dalam suatu bahasa akan terdiri dari modifikasi morfologis yang ketat dari suatu kata kerja transitif dengan suatu kata kerja bantu tertentu pada konstruksi kalimat pasif (Shopen, 1985: 250-251).
Jika suatu kalimat pasif dibentuk dari suatu kalimat aktif, maka akan berlaku langkah-langkah sebagai berikut (Chaer, 2009: 202):
1.      memindahkan objek kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif;
2.      memindahkan subjek kalimat aktif menjadi objek kalimat pasif;
3.      mengubah bentuk verba dari berprefiks me- menjadi verba berprefiks di-;
4.      menempatkan preposisi oleh sebagai penanda pelaku secara opsional di antara predikat dan objek pelaku.

Penjelasan mengenai pembentukan kalimat pasif yang umum ini sekiranya juga berlaku pada pembentukan pasif dalam bahasa Latin. Walau begitu, terdapat sekian pengecualian dan pembentukan nomina-nomina pasif secara khusus.

2. Perubahan Aktif menjadi Pasif dalam Bahasa Latin
            Dalam bahasa Latin, perubahan aktif menjadi pasif terjadi kurang lebih sama dengan bahasa-bahasa lainnya, sehingga langkah-langkah pembentukannya juga tidak jauh berbeda. Sebagai contoh:
                        Aktif   :           Puella reginam videt
                                                (Gadis itu melihat ratu)

                        Aktif                           à                                Pasif
Puella (subyek/casus: nominativus)         (a) puella (objek pelaku/casus: ablativus)
reginam (obyek/casus: accusativus)          Regina (subyek/ casus: nominativus)
videt (verba/tunggal 3 aktif)                     videtur (verba/tunggal 3 pasif)

                        Pasif:               Regina a puella videtur
                                                (Ratu itu dilihat oleh gadis)

            Pada contoh di atas, dapat ditunjukkan bahwa dalam perubahan dari aktif menjadi pasif dalam bahasa Latin, perubahan jabatan kata dalam kalimat akan diikuti pula dengan perubahan casus dari kata tersebut. Kata ‘oleh’ dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan dengan kata Latin, ‘a’ (jika objek pelaku diawali dengan konsonan) atau ‘ab’ (jika objek pelaku diawali dengan vokal).
            Karakteristik utama perubahan aktif menjadi pasif dalam bahasa Latin adalah perubahan sufiks pada verba. Perubahan ini disesuaikan dengan beberapa aspek, yakni modus atau bentuk (infitivus, indicativus, coniunctivus, imperativus, participium), tempus atau waktu (praesens, imperfectum, perfectum, plusquamperfectum, futurum) dan persona atau kata ganti orang. Seumumnya, akhiran bagi verba pasif adalah –r, -ris, -tur, -mur,mini dan –ntur. Akhiran umum tersebut disematkan pada verba pasif dengan mengikuti persona atau kata ganti orang dari subyek kalimat pasif tersebut. Terdapat pengecualian yang berlaku untuk tempus perfectum, plusquamperfectum dan futurum exactum.
            Sebagai contoh bagaimana perubahan dari verba aktif menjadi verba pasif adalah pada tabel berikut ini yang merupakan daftar coniugatio I dengan modus indicativus, tempus praesens:
PERSONA
AKTIF
PASIF
Tunggal pertama
Amo (aku mencintai)
Amor (aku dicintai)
Tunggal kedua
Amas (engkau mencintai)
Amaris (engkau dicintai)
Tunggal ketiga
Amat (dia mencintai)
Amatur (dia dicintai)
Jamak pertama
Amamus (kami mencintai)
Amamur (kami dicintai)
Jamak kedua
Amatis (kamu mencintai)
Amamini (kamu dicintai)
Jamak ketiga
Amant (mereka mencintai)
Amantur (mereka mencintai)
Tabel 1. Perubahan Verba Aktif ke Pasif (Coniugatio I, Indicativus, Praesens)

            Sedangkan untuk verba yang ber-tempus perfectum, plusquamperfectum dan futurum, perubahan verba dari aktif menjadi pasif adalah sebagai berikut:
PERSONA
AKTIF
PASIF
Tunggal pertama
Amavi (aku telah mencintai)
Amatus sum (aku telah dicintai)
Tunggal kedua
Amavisti (kau telah mencintai)
Amatus es (kau telah dicintai)
Tunggal ketiga
Amavit (dia telah mencintai)
Amatus est (ia telah dicintai)
Jamak pertama
Amavimus (kami telah mencintai)
Amati sumus (kami telah dicintai)
Jamak kedua
Amavistis (kamu telah mencintai)
Amati estis (kami telah dicintai)
Jamak ketiga
Amaverunt (mereka telah mencintai)
Amati sunt (mereka telah dicintai)
Tabel 2. Perubahan Verba Aktif ke Pasif (Coniugatio I, Indicativus, Perfectum)




PERSONA
AKTIF
PASIF
Tunggal pertama
Amaveram
Amatus eram (aku telah dicintai)
Tunggal kedua
Amaveras
Amatus eras (kau telah dicintai)
Tunggal ketiga
Amaverat
Amatus erat (ia telah dicintai)
Jamak pertama
Amaveramus
Amati eramus (kami telah dicintai)
Jamak kedua
Amaveratis
Amati eratis (kamu telah dicintai)
Jamak ketiga
Amaverant
Amati erant (mereka telah dicintai)
Tabel 3. Perubahan verba aktif ke pasif (Coniugatio I, Indicativus, Plusquamperfectum)


PERSONA
AKTIF
PASIF
Tunggal pertama
Amavero
Amatus ero (saya akan dicintai)
Tunggal kedua
Amaveris
Amatus eris (kau akan dicintai)
Tunggal ketiga
Amaverit
Amatus erit (dia akan dicintai)
Jamak pertama
Amaverimus
Amati erimus (kami akan dicintai)
Jamak kedua
Amaveritis
Amati eritis (kamu akan dicintai)
Jamak ketiga
Amaverint
Amati erunt (mereka akan dicintai)
Tabel 4. Perubahan verba aktif ke pasif (Coniugatio I, Indicativus, Futurum exactum)

            Perbedaan yang terjadi dalam perubahan dari aktif ke pasif pada tempus perfectum dikarenakan tidak adanya bentuk akhiran tersendiri untuk menunjukkan sesuatu yang telah dilakukan secara pasif (Fokker, 1954:78).  Maka untuk mengisi ketiadaan tersebut dimanfaatkanlah participium pasif (mengenai topik ‘participium pasif’ akan dibahas pada poin ketiga) bersamaan dengan kata kerja esse. Perlu diketahui terlebih dahulu, kata kerja esse merupakan salah satu kata kerja istimewa dalam bahasa Latin. Fungsinya serupa dengan to be dalam bahasa Inggris, yakni untuk menerangkan subyek dalam kalimat yang dimaksud.
            Contohnya:
            Roma a Romulo condita est.
            ‘Roma oleh Romulus (telah) didirikan’
            Kota Roma (telah) didirikan oleh Romulus.

            Pengecualian perubahan dari aktif ke pasif, seperti pada tempus perfectum juga berlaku pada tempus plusquamperfectum, dikarenakan tidak adanya bentuk akhiran tersendiri untuk menunjukkan sesuatu yang telah dilakukan secara pasif di masa lampau.
            Contohnya:
            Testimonia omnia ab iis collecta erant.
            ‘semua kesaksian oleh mereka telah dikumpulkan’
            Semua kesaksian telah dikumpulkan oleh mereka.

Pembentukan pasif pada tempus perfectum dan plusquamperfectum juga berlaku pada tempus futurum exactum, yakni tidak ada bentuk akhiran tersendiri dalam bahasa Latin untuk menunjukkan sesuatu yang telah dilakukan secara pasif di masa depan.
            Contohnya:
            Cras urbis portae apertae erunt.
            ‘besok kota gerbang akan (telah) dibuka’
            Besok gerbang kota akan (telah) dibuka.


3. Bentuk-bentuk Nomina Pasif dalam Bahasa Latin.
            Dalam bahasa Latin, bentuk pasif memiliki keistimewaan, yakni dapat dibentuk sebagai nomina dalam rupa infinitivus pasif, participium pasif dan gerundivum (Fokker, 1954:77).
a.      Infinitivus pasif
Bentuk infinitivus dalam bahasa Latin tidak hanya berupa aktif, tetapi juga dalam rupa pasif. Infinivtivus pasif ditandai dengan akhiran –ri dan berlaku sebagai kata benda neutrum tunggal, contohnya:
            Periculum vitari non potest
            ‘bahaya dihindarkan tidak dapat’
            Bahaya tidak dapat dihindarkan.

Bentuk infinitivus pasif vitari’ pada kalimat di atas berasal dari verba dasar ‘vitare yang berati ‘menghindari’. Verba dasar ini sama dengan bentuk infinitivus aktifnya.

b.      Participium pasif
            Begitu pulanya dengan  bentuk participium, selain berbentuk aktif, ada pula yang berupa pasif. Participium pasif ditandai dengan akhiran seperti adjectivus (kata sifat), sehingga disesuaikan dengan casus dan genus (jenis kelamin) dari kata yang dihubungkan dengannya. Sebagai contoh:
            Homo doctus in se semper divitias habet.
            ‘orang terpelajar dalam diri selalu kekayaan mempunyai’
            Orang yang terpelajar akan selalu mempunyai kekayaan di dalam dirinya.

Kata ‘doctus’ merupakan bentuk participium pasif dari verba dasar ‘docere’ yang berarti ‘mengajar’. Ketika diubah ke dalam bentuk participium pasif, kata ‘docere’ yang semula berarti ‘mengajar’ menjadi ‘doctus’ yang berarti ‘diajari’ atau ‘terpelajar’. Casus dari kata ‘doctus’ pun disesuaikan dengan casus dan genus dari kata yang dihubungkan dengannya, yakni kata ‘homo’ yang ber-casus nominativus dan ber-genus masculinum. Sebagai contoh yang lain dari penggunaan bentuk participium pasif adalah:
            Urbem occupatam incenderunt.
            ‘kota yang diduduki mereka membakar’
            Mereka membakar kota yang diduduki.

Kata ‘occupatam’ berasal verba dasar ‘occupare’ yang berarti ‘menduduki’. Setelah diubah ke dalam bentuk participium pasif, ‘occupare’ menjadi ‘occupatam’, karena disesuaikan dengan casus dan genus dari kata yang dihubungkan dengannya, yakni ber-casus accusativus dan ber-genus femininum.

c.       Gerundivum
            Selain bentuk nomina dalam rupa infinitivus pasif dan participium pasif, bentuk pasif dalam bahasa Latin juga dapat berupa gerundivum. Yang dimaksud dengan gerundivum adalah bentuk kata yang menyatakan keharusan atau kepatutan akan sesuatu yang harus dikerjakan (Fokker, 1954:80). Sebagai penanda bentuk gerundivum ini adalah sufiks ­–ndus yang diperlakukan seperti kata sifat dan disesuaikan dengan genus dari subyek kalimat. Sebagai contoh:
            Eorum pertinacia laudanda est.
            ‘mereka ketabahan hati harus dipuji’
            Ketabahan hati mereka harus dipuji.

Sebagai contoh lainnya:
            Non fugiendi sunt labores.
            ‘tidak seharusnya dihindari pekerjaan-pekerjaan’
            Pekerjaan-pekerjaan tidak seharusnya dihindari.

Mengenai bentuk gerundivum ini, jika pelakunya disebutkan, maka yang menjadi casus-nya adalah dativus. Sebagai contoh:
            Liber puero hodie reddendus est.
            ‘buku kepada anak laki-laki hari ini dikembalikan’
            Hari ini buku ini harus anak laki-laki itu kembalikan.

Kata ‘puero’ pada contoh kalimat di atas adalah casus dativus dari kata ‘puer’. Sehingga berbeda dari bentuk kalimat pasif pada bahasa Latin seumumnya, bentuk gerundivum menempatkan pelakunya tidak ke dalam casus ablativus, namun ke dalam casus dativus, yang biasanya merupakan casus bagi obyek penerima.
             

4. Kesimpulan
            Sebagai bahasa yang telah hadir sejak awal sejarah peradaban manusia di dunia, bahasa Latin harus diakui sebagai bahasa yang unik. Meski berkembang dalam sekian periode, namun selalu terdapat karakteristik tersendiri dalam pembentukan kalimat-kalimatnya. Karakteristik yang dimaksud tentunya berkaitan dengan sifatnya sebagai bahasa yang inflektif, yang mana secara gramatikal sangat bergantung pada perubahan akhiran setiap kata dalam kalimatnya, tak terkecuali di sini dalam pembentukan pasifnya. Akhiran-akhiran seperti –r, -ris, -tur, -mur, -ntur dan –mini akan selalu dikenal sebagai kekhasan bentuk pasif dalam bahasa Latin secara umum, meski terdapat pengecualian dalam tempus perfectum, plusquamperfectum dan perfectum exactum yang tidak memiliki akhiran khusus untuk menunjukkan bentuk pasifnya, sehingga harus memanfaatkan ‘bantuan’ kata kerja istimewa esse. Selain itu, bentuk pasif dalam bahasa Latin memiliki keistimewaan untuk membentuk nomina-nomina khusus yang terwujud dalam infinitivus pasif, participium pasif dan gerundivum.


Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta.
Crystal, David. 1997. The Cambridge Encyclopedia of Language (Second Edition). Cambridge: Cambridge University Press.
Fokker, A.A., Dr. 1954. Ichtisar Tata Bahasa Latin. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Marwoto, B.J. dan Witdarmono, H. 2006. Proverbia Latina (Pepatah-pepatah Bahasa Latin). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Shopen, Timothy. 1985. Language Typology and Syntactic Description, Vol. I: Clause Structure. Cambridge: Cambridge University Press.
Verhaar, J.W.M. 1996. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.


Pustaka Laman
http://www.orbilat.com/Languages/Latin/Latin.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar