I. Latar Belakang
Sebagai
lingua franca (bahasa pergaulan) penduduk
provinsi Sulawesi Utara (kota Manado, kota Bitung, Kabupaten Minahasa dan
sekitarnya), bahasa Melayu Manado dipandang memiliki keunikannya tersendiri.
Selain memiliki kesamaan dengan dialek bahasa Melayu di beberapa daerah di
Provinsi Sulawesi Tengah dan di Provinsi Gorontalo, bahasa Melayu Manado
digunakan juga di Maluku Utara, Kalimantan Timur, Sorong (Papua) terutama di
pemukiman di mana banyak orang asal Manado dan Minahasa tinggal. Sampai dengan
tahun 2001, diperkirakan jumlah penutur sekitar 850.000 jiwa, hanya untuk
penutur yang berada di Sulawesi Utara. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_ Manado)
Jika
hendak diruntut dari sejarah kebahasaannya, berdasarkan perbandingan
leksikostatistik oleh Isidore Dyen, klasifikasi bahasa Melayu Manado dalam
rumpun bahasa yang lebih besar, dapat ditunjukkan dalam diagram berikut ini
(Keraf, 1983: 209) :
Bahasa Melayu Manado
Dalam perkembangan selanjutnya,
bahasa Melayu Manado dan bahasa Indonesia serta bahasa-bahasa daerah lainnya
saling mempengaruhi. Hal ini disebabkan oleh interaksi para penuturnya dalam
pelbagai bidang dan pelbagai moda. Pengaruh itu dapat terjadi baik dalam
kosakata, pembentukan kata maupun dalam pembentukan kalimat. Untuk mengetahui
sampai sejauh mana saling pengaruh itu terjadi, sangat perlu diadakan
penelitian untuk mengetahui, sekaligus mencari sifat atau ciri, morfologi atau
sintaksis bahasa Melayu Manado (Karisoh-Najoan, 1981:4)
Secara lebih khusus dalam bidang
sintaksis, bagian yang perlu dikaji adalah pembentukan kalimat aktif menjadi
kalimat pasif dalam bahasa Melayu Manado. Dari bahasa-bahasa daerah yang lain,
salah satu contoh penelitian kalimat pasif adalah tesis dari Tika Hatikah yang
berjudul “Kalimat Pasif dalam Bahasa Sunda”. Tesis ini membahas secara luas dan
mendalam deskripsi bentuk pasif bahasa Sunda yang meliputi pengklasifikasian
bentuk verba pasif secara morfemik, sintatik dan semantik; deskripsi peran
sintaktik dan fungsi kalimat pasif (Hatikah, 1998)
Dari bahasa Melayu Manado sendiri,
sampai sejauh ini belum ada penelitian sintaksis yang secara khusus membahas
atau mengkaji kalimat atau bentuk pasifnya. Maka dari itu, makalah ini akan
membahas atau mengkaji pembentukan kalimat aktif menjadi kalimat pasif dalam
bahasa Melayu Manado.
II. Permasalahan
Secara umum, masalah yang dihadapi
adalah masih kurang ditemukannya deskripisi analitis menurut kaidah-kaidah
linguistik bahasa Melayu Manado, terutama dari segi sintaksisnya, terlebih
khusus lagi dalam pembentukan kalimat aktif menjadi kalimat pasif. Berdasarkan
atas latar belakang yang telah dikemukakan, maka yang permasalahan yang hendak
dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pembentukan kalimat aktif menjadi kalimat
pasif dalam bahasa Melayu Manado?
2. Apa makna kalimat pasif dalam bahasa Melayu Manado?
3. Apa saja fungsi pasif dalam bahasa Melayu Manado?
Ketiga masalah ini akan dikaji dan dibahas dengan
terlebih dahulu mengemukakan landasan teori terutama yang berkaitan dengan
kalimat pasif. Landasan teori tersebut kemudian akan dijadikan alat untuk
menganalisa pembentukan, makna dan fungsi kalimat pasif bahasa Melayu Manado.
III. Landasan Teori
Terminologi kalimat pasif pasti
selalu dihubungkan dengan kalimat aktif, karena lazimnya, kalimat pasif
dibentuk dari kalimat aktif. Namun tidak semua kalimat aktif dapat diubah
menjadi kalimat pasif. Kalimat aktif yang dapat diubah menjadi kalimat pasif
adalah kalimat aktif yang fungsi predikatnya diisi oleh verba transitif, yaitu
verba yang memiliki komponen makna tindakan dan sasaran atau hasil. Secara
formal klausa atau kalimat yang predikatnya berupa verba transitif ini akan
diikuti oleh sebuah objek, yang berperan sebagai sasaran maupun sebagai hasil
tindakan (Chaer, 2009: 201)
Ketika kalimat pasif dibentuk dengan
mengubah objek menjadi subyek klausa pasif, dalam pemasifan tersebut subyek
klausa aktif secara teoretis mengalami tiga kemungkinan:
1.
konstituen ajentif
(pelaku) wajib hadir dalam klausa pasif;
2.
konstituen ajentif
hadir secara opsional dalam klausa pasif (artinya dapat diadakan, dapat juga
tidak);
3.
konstituen ajentif
tidak dapat hadir dalam klausa pasif.
Dari
ketiga kemungkinan ini, hanya poin 1 yang dikecualikan: tidak ada bahasa dengan
pasif sedemikian rupa sehingga konstituen ajentif wajib hadir. Jadi
berkaitan dengan konstituen ajentif
dalam klausa pasif, konstituen tersebut dapat diadakan secara opsional atau
tidak dapat diadakan sama sekali (Verhaar, 1996: 224)
Yang
menjadi ciri khas dalam bentuk kalimat pasif adalah frase verba-nya, dan frase
verba pasif ditunjukkan dalam kasus yang paling sederhana dalam modifikasi
verba transitif secara sintaksis dan morfologis. Secara lebih spesifik, frase
verba pasif dalam suatu bahasa akan terdiri dari modifikasi morfologis yang
ketat dari suatu kata kerja transitif dengan suatu kata kerja bantu tertentu
pada konstruksi kalimat pasif (Shopen, 1985: 250-251).
Jika
suatu kalimat pasif dibentuk dari suatu kalimat aktif, maka akan berlaku
langkah-langkah sebagai berikut (Chaer, 2009: 202):
1.
memindahkan objek
kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif;
2.
memindahkan subjek
kalimat aktif menjadi objek kalimat pasif;
3.
mengubah bentuk verba
dari berprefiks me- menjadi verba
berprefiks di-;
4.
menempatkan preposisi
oleh sebagai penanda pelaku secara
opsional di antara predikat dan objek pelaku.
Sebagai
catatan awal, dalam analisa makalah ini, akan ditemukan bahwa dalam kalimat
pasif bahasa Melayu Manado tidak terdapat penggunaan preposisi oleh. Ini dikarenakan dalam bahasa
Melayu Manado tidak diketemukan terjemahan yang definitif untuk kata bahasa
Indonesia oleh.
IV. Metode Penelitian
Sebagai metode penelitian terhadap
kalimat pasif bahasa Melayu Manado dalam makalah ini adalah metode introspektif
dan studi kepustakaan. Yang dimaksud dengan metode introspektif di sini adalah
peneliti langsung mengakses bahasa sasaran penelitian melalui kompetensinya.
Dalam hal ini metode introspektif lebih dapat dimanfaatkan oleh penutur bahasa
yang sedang diteliti itu sendiri.
Sedangkan
studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan
(Nazir,1993: 27).
V. Analisis Kalimat Pasif Bahasa Melayu Manado
Untuk menjawab permasalahan dalam
makalah ini, analisis terhadap kalimat pasif bahasa Melayu Manado difokuskan
pada tiga aspek, yakni: bentuk, makna semantik dan fungsinya.
A. Bentuk pasif
bahasa Melayu Manado
Pada
bagian analisa bentuk pasif bahasa Melayu Manado, terlebih dahulu akan dibahas
bagaimana kalimat pasif dibentuk dari kalimat aktif. Setelah itu, terdapat dua
klasifikasi yang akan dikaji dari bentuk pasif bahasa Melayu Manado, yakni
klasifikasi morfemik dan klasifikasi sintetik.
1. Membentuk kalimat
pasif dari kalimat aktif dalam bahasa Melayu Manado
Kalimat aktif dalam bahasa Melayu
Manado, secara umum dibentuk sama seperti membentuk kalimat aktif dalam bahasa
Indonesia. Perbedaannya terletak pada imbuhan yang tersemat pada verbanya.
Bahasa Melayu Manado mengenal imbuhan ba-
dan mo - / ma - untuk verba kalimat aktifnya. Contohnya:
Tiap hari papa bacuci tu oto.
‘setiap hari ayah mencuci itu mobil’
Setiap hari ayah mencuci mobil itu.
Jika kalimat aktif
tersebut diubah menjadi kalimat pasif, maka objek kalimat akan menjadi subyek,
subyek akan menjadi pelakunya. Sementara itu, verba pasifnya tidak dikenai
imbuhan atau awalan apapun dan karena tidak ada preposisi oleh dalam bahasa Melayu Manado, maka digunakan kata ada atau dapa, seperti contoh berikut:
Tiap
hari tu oto papa ada cuci .
‘setiap hari itu mobil ayah ada cuci’
Setiap hari mobil itu dicuci oleh
ayah
Contoh lain bagaimana
kalimat pasif dibentuk dari kalimat aktif bahasa Melayu Manado adalah sebagai
berikut:
Aktif:
Mama
momasa tu sayur di dapur
‘mama memasak itu sayur di dapur’
Ibu memasak sayur itu di dapur.
Pasif:
Tu
sayur mama ada masa di dapur
‘sayur itu mama ada masak di dapur’
Sayur itu dimasak oleh ibu di dapur.
2. Klasifikasi
morfemik bentuk pasif bahasa Melayu Manado
Secara morfemik, verba pasif
berpelaku, dalam bahasa Melayu Manado tidak mendapatkan imbuhan atau afiksasi
apapun. Sebagai ciri khas morfemisnya, di depan verba (pasif) akan didahului
oleh kata ada atau dapa. Contohnya:
a. Tu roti papa ada makang
‘itu roti papa
ada makan’
Kue itu dimakan oleh papa.
b. Tu kertas Pak Guru ada kase
‘itu kertas Pak Guru ada beri’
Kertas itu diberikan oleh Pak Guru.
c. Tu anjing pe
ekor mama dapa injang
‘itu anjing punya ekor mama dapat injak’
Ekor anjing itu diinjak oleh mama.
d. Ngana kemarin kita dapa lia di stasiun.
‘kamu kemarin saya dapat lihat di stasiun’
Kemarin kamu saya lihat di stasiun.
Sedangkan untuk kalimat pasif tak berpelaku, verba pasif
bahasa Melayu Manado biasanya akan diimbuhi oleh afiksasi ta-, selain didahului oleh kata ada
atau bisa juga tanpa kata ada. Contohnya:
a.
Tu rumah ada tabakar tadi sore.
‘itu rumah ada
terbakar tadi sore’
Rumah itu
terbakar tadi sore.
b.
Kita tapalisi di dapur tadi pagi.
‘saya terpeleset
di dapur tadi pagi’
Saya terpeleset di
dapur tadi pagi
c.
Ngana pe oto ada tatabrak di sei.
‘kamu punya
mobil ada tertabrak di (bagian) samping’
Mobilmu
tertabrak di bagian samping.
3. Klasifikasi
sintatik bentuk pasif bahasa Melayu Manado
Secara sintaksis, struktur kalimat
dalam bahasa Melayu Manado tidak berbeda jauh dengan kalimat aktifnya. Hanya
saja, frase benda dan frase ganti yang menduduki tempat subjek pada kalimat
pasif yang melakukan pekerjaan. Ciri utamanya, di depan kata kerja diletakkan
kata dapa dan kata ada. Seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya, dalam kalimat pasif bahasa Melayu Manado, tidak terdapat kata
preposisi oleh seperti dalam bahasa
Indonesia. Analisis klasifikasi sintatik kalimat pasif bahasa Melayu Manado ini
akan dikaji berdasarkan pelakunya, subjeknya dan predikatnya.
a. Bentuk pasif
bahasa Melayu Manado berdasarkan pelakunya
Dalam kalimat pasif bahasa Melayu
Manado, pelaku selalu terletak sesudah subyek kalimat dan kemudian diikuti oleh
kata ada atau dapa yang kemudian mengikuti verbanya. Contohnya:
1)
Tu surat oma ada baca.
‘itu surat oma
ada baca’
Surat itu dibaca
oleh oma.
2)
Tadi kita Susan dapa sekop.
‘tadi saya Susan
dapat tendang’
Tadi saya
ditendang oleh Susan.
3)
Tu pancuri polisi ada dapa tangka di kobong.
‘itu pencuri
polisi ada dapat tangkap di kebun’
Pencuri itu
ditangkap oleh polisi di kebun.
b. Bentuk pasif
bahasa Melayu Manado berdasarkan subjeknya
Subyek dalam kalimat pasif bahasa
Melayu Manado selalu terletak di bagian awal kalimat dan biasanya akan diikuti
oleh pelaku. Contohnya:
1)
Ngana kita pe papa ada cari.
‘kamu saya punya
papa ada cari’
Kamu dicari oleh
papa saya.
2)
Tu bola tasangko di pohon jambu.
‘itu bola
tersangkut di pohon jambu.
Bola itu
tersangkut di pohon jambu.
3)
Doni tukang ojek dapa tipu.
‘Doni tukang
ojek dapat tipu’
Doni ditipu oleh
tukang ojek.
c. Bentuk pasif
bahasa Melayu Manado berdasarkan predikatnya
Predikat atau verba (kata kerja)
dalam kalimat pasif bahasa Melayu Manado selalu terletak di bagian akhir (belakang)
kalimat dengan diawali kata ada atau dapa dan bisa juga diikuti oleh kata
keterangan tempat atau waktu. Contohnya:
1)
Ngana Michael ada tunggu.
‘kamu Michael
ada tunggu’
Kamu ditunggu
oleh Michael.
2)
Tu sepatu kita pe adek dapa pake.
‘itu sepatu saya
punya adik dapat pakai’
Sepatu itu
dipakai oleh adik saya
3)
Kita pe gigi dokter ada priksa tadi pagi.
‘saya punya gigi
dokter ada periksat tadi pagi’
Gigi saya
diperiksa oleh dokter tadi pagi.
B. Makna semantik
bentuk pasif bahasa Melayu Manado
Secara semantik, kalimat pasif
bahasa Melayu Manado dapat mengandung makna ketidaksengajaan atau tindakan yang
dilakukan tanpa sengaja. Hal ini ditandai dengan diletakkannya kata dapa di depan verba atau dengan
menambahkan afiksasi ta- untuk
kalimat pasif tak berpelaku. Contohnya:
a.
Tu pinsil kita
pe adek dapa ambe.
‘itu pensil saya
punya adik dapat ambil’
Pensil itu
(tanpa sengaja) diambil oleh adikku.
b.
Torang pe
rumah oto dapa tabrak.
‘kami punya
rumah mobil dapat tabrak’
Rumah kami (tanpa
sengaja) ditabrak oleh mobil.
c.
Rudi pe kepala tatoki di pintu.
‘Rudi punya
kepala terantuk di pintu’
Kepalanya Rudi
(tanpa sengaja) terantuk di pintu.
d.
Tu kopi deng garang so tacampur.
‘itu kopi dengan
garam sudah tercampur’
Kopi itu (tanpa
sengaja) sudah tercampur dengan garam.
C. Fungsi Pasif dalam
Bahasa Melayu Manado
Seperti halnya bentuk kalimat pasif
dalam bahasa-bahasa lainnya, kalimat pasif dalam bahasa Melayu Manado juga
memiliki fungsinya sendiri. Pada bagian ini akan dibahas fungsi-fungsi utama
kalimat pasif dalam bahasa Melayu Manado, yakni menyatakan aspek perfektif,
mengedepankan penderita dan sebagai variasi berbahasa.
1. Menyatakan aspek
perfektif
Fungsi pertama kalimat pasif bahasa
Melayu Manado yang hendak dikaji di sini adalah menyatakan aspek perfektif.
Yang dimaksudkan di sini, kalimat pasif bahasa Melayu Manado berfungsi untuk
menunjukkan bahwa suatu tindakan atau peristiwa sudah dilakukan atau sudah
terjadi. Fungsi ini biasanya akan lebih ditegaskan dengan menambahkan kata so yang berarti ‘sudah’ di depan verba
pasif yang didahului oleh kata dapa.
Contohnya:
a.
Tu pisang kita so dapa pete tadi sore.
‘itu pisang saya
sudah dapat petik tadi sore’
Pisang itu sudah
saya petik tadi sore.
b.
Ngana pe adek so tajatung di parigi.
‘kamu punya adik
sudah terjatuh di sumur’
Adikmu sudah
terjatuh di sumur.
c.
Tu kursi mama ada beli.
‘itu kursi mama
ada beli’
Kursi itu dibeli
oleh mama.
2. Mengedepankan
penderita
Dalam
kalimat pasif, subyek selalu berposisi sebagai penderita. Kalimat pasif bahasa
Melayu Manado memiliki fungsi untuk mengedepankan penderita dengan meletakkan
subyek di bagian awal kalimat. Contohnya:
a.
Bona de pe papa ada usir dari rumah.
‘Bona dia punya
ayah ada usir dari rumah’
Bona diusir oleh
ayahnya dari rumah.
b.
Kita pe kaki tagate kabel
tv.
‘saya punya kaki
tersangkut kabel tv’
Kaki saya
tersangkut kabel tv.
c.
Tu anjing om Robby dapa tabrak.
‘itu anjing om
Robby dapat tabrak’
Anjing itu
ditabrak oleh om Robby.
3. Sebagai variasi
atau alternatif berbahasa
Penggunaan bahasa Melayu Manado
sehari-hari lebih didominasi oleh kalimat aktif. Hal ini dikarenakan kalimat
aktif dalam bahasa Melayu Manado lebih mudah untuk dikomposisikan dan
dituturkan. Penggunaan kalimat pasif dalam bahasa Melayu Manado kemudian
menjadi variasi atau alternatif, ketika yang menjadi tekanan adalah penderita
dalam kalimat tersebut. Pertimbangan lainnya adalah ketika tekanan dalam
kalimat tersbut terletak pada aspek perfektifnya. Contohnya:
a.
Tu gunting tante Syane ada pinjam.
‘itu gunting
tante Syane ada pinjam’
Gunting itu
dipinjam oleh tante Syane.
Jika kalimat a di atas diubah
menjadi aktif yakni ‘Tante Syane bapinjam
tu gunting’ (‘Tante Syane meminjam gunting itu), maka tekanannya ada pada
tante Syane dan bukan lagi pada gunting. Sehingga untuk menekankan ‘gunting’ yang dipinjam oleh ‘tante Syane’ pernyataan tersebut harus
dibuat dalam kalimat pasif sebagai alternatif dari kalimat aktifnya.
b.
Betty so tapilih jadi kumtua.
‘Betty sudah
terpilih jadi lurah’
Betty sudah
terpilih jadi lurah
Selain bahwa kalimat ini tak
berpelaku sehingga tidak bisa diubah menjadi kalimat aktif, tekanan pada aspek
perfektif atas ‘sudah terpilihnya’ Betty melalui bahasa Melayu Manado hanya
bisa dibentuk atau dituturkan dalam bentuk pasif. Selain bahwa ikut menekankan
subyek, tekanan pada verba perfektif ini menandakan bahwa kalimat pasif bahasa
Melayu Manado menjadi alternatif atau variasi untuk menunjukkan atau menuturkan
suatu peristiwa yang sudah terjadi.
VI. Kesimpulan
Melalui penelitian ini, dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembentukan kalimat pasif bahasa Melayu Manado dari
kalimat aktifnya memiliki aturannya sendiri. Verba dalam kalimat pasif bahasa
Melayu Manado tidak mendapat imbuhan, kecuali untuk kalimat pasif yang tak berpelaku;
verbanya mendapat imbuhan ta-.Yang
menjadi ciri khas utamanya adalah tiadanya preposisi serupa kata oleh seperti dalam bahasa Indonesia.
Sebagai penanda kalimat pasif bahasa Melayu Manado, terdapat kata ada atau dapa yang diletakkan di depan atau sebelum verbanya.
Selain itu, kalimat pasif bahasa
Melayu Manado memiliki fungsi utamanya sebagai bentuk penekanan penderita dalam
kalimat, penekanan pada aspek perfektif atas peristiwa atau kejadian yang sudah
terjadi dan sebagai variasi atau alternatif berbahasa. Fungsi yang terakhir ini
dimunculkan di tengah dominasi penggunaan kalimat aktif yang lebih banyak
dituturkan oleh masyarakat penutur bahasa Melayu Manado.
Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia (Pendekatan
Proses). Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta.
Hatikah, Tika. 1998. Kalimat Pasif dalam Bahasa Sunda (Tesis). Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Karisoh-Najoan, J.A. 1981. Morfologi dan Sintaksis Bahasa Melayu
Manado. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kheraf, Gorys. 1991. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta:
Penerbit PT. Gramedia.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
Pustaka.
Shopen, Timothy. 1985. Language Typology and Syntactic Description,
Vol. I: Clause Structure. Cambridge: Cambridge University Press.
Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar