1. Pendahuluan
Bahasa Latin merupakan salah satu dari bahasa yang
berasal dari rumpun Indo Eropa dan diperkirakan telah muncul sejak milenium
kedua sebelum Masehi di tanah Italia. Semula sempat menjadi perdebatkan apakah
bahasa Latin bersama dengan bahasa kuno Italia lainnya, seperti bahasa Faliska,
bahasa Osko-Umbria dan bahasa Venesia, membentuk kelompok bahasa Italia yang
terpisah sendiri. Walau begitu pandangan tersebut telah lama ditinggalkan.
Bahasa Latin yang dikenal sekarang setidaknya telah melalui sembilan periode
sejarah, yakni:
1)
Periode pra-literal (
hingga tahun 240 SM)
2)
Periode kuno (240 –
100 SM)
3)
Periode klasik (100 –
14 SM)
4)
Periode post-klasik
(14 SM – 200 M)
5)
Periode akhir (200 –
600 M)
6)
Periode pertengahan
(600 – 1300 M)
7)
Periode renaissance
(1300 - 1600 M)
8)
Periode baru (1600 –
1900 M)
9)
Periode kontemporer
(sejak tahun 1900 M)
Dalam
klasifikasi tipe-tipe bahasa, bahasa Latin merupakan salah satu bahasa yang
termasuk dalam kelompok bahasa inflektif, sintetis atau fusional. Maksudnya
adalah bahwa bahasa seperti ini memiliki hubungan gramatikal yang diwujudkan
dengan mengubah struktur internal dari kata-katanya, secara khusus dengan
penggunaan akhiran infleksional yang menunjukkan beberapa makna gramatikal
sekaligus (Crystal, 1997: 50)
Meski
tak lagi dituturkan secara umum dalam percakapan sehari-hari, namun bahasa
Latin masih menjadi bahasa resmi kalangan tertentu, misalnya dalam ritus Gereja
Katolik Roma atau dalam istilah-istilah ilmiah. Ini hendak menunjukkan
bagaimana bahasa yang sudah berusia lebih dari tiga milenium ini, masih eksis
hingga sekarang. Bahkan harus diakui pula, bahwa beberapa kosakata dalam
bahasa-bahasa Eropa modern masih dipengaruhi oleh bahasa Latin.
Seperti
halnya bahasa yang lain, wujud dari bahasa Latin adalah ungkapan atau
tuturannya dalam rupa kalimat. Salah bentuk atau variasi kalimat yang ada dalam
bahasa Latin adalah bentuk pasif. Yang menjadi masalah utama yang hendak
dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana bentuk pasif dalam bahasa Latin,
bagaimana perubahannya dari bentuk aktif dan apa saja bentuk nominal pasif
dalam bahasa Latin. Pendekatan yang dimanfaatkan dalam pembahasan mengenai
bentuk pasif bahasa Latin ini adalah pendekatan gramatikal, yakni dengan
menguraikan dan menerangkan struktur dari bentuk pasif dari bahasa Latin. Untuk
mengawali seluruh rangkaian pembahasannya, terlebih dahulu dibahas bagaimana
bentuk dasar dari bahasa Latin dan apa saja teori-teori mengenai bentuk pasif.
a. Bentuk Dasar Bahasa Latin
Seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya, bahasa Latin memiliki banyak infleksi atau perubahan kata yang
menunjukkan hubungan-hubungan gramatikal. Setiap kata benda, kata kerja dan
kata sifat dalam bahasa Latin dibentuk oleh sebuah akar kata (yang tidak pernah
berubah) dan sebuah akhiran yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi kata
tersebut dalam kalimat.
Untuk setiap kata benda dan kata
sifat, ada lima kategori akhiran baku, yang disebut dengan declinatio (deklinasi). Melalui akhiran-akhiran tersebut, kita
dapat mengetahui apakah kata tersebut bersifat tunggal atau jamak, berjenis masculinum (laki-laki atau jantan), femininum (perempuan atau betina) atau neutrum (netral), serta juga casus-nya atau kategori gramatika yang
menunjukkan hubungannya dengan kata lainnya.
Ada enam (6) casus yang dipakai untuk mengenal fungsi sebuah kata dalam sebuah
kalimat, yaitu:
-
Nominativus : untuk menunjuk subyek,
-
Genitivus : untuk menunjuk hubungan kepemilikan,
-
Dativus : untuk menunjuk fungsi sebagai obyek tidak langsung,
-
Accusativus : untuk menunjuk obyek langsung,
-
Ablativus : untuk menunjuk hubungan pemisahan, asal, penyebab.
Masing-masing
casus tersebut mempunyai akhiran
untuk menyatakan pertaliannya dengan kata yang lain.
Dengan
demikian dalam Bahasa Latin, setiap kata benda memiliki 12 infleksi (enam untuk
jenis tunggal dan enam untuk jenis jamak) dan setiap kata sifat memiliki 36
infleksi (12 untuk jenis tunggal dan jamak masculinum,
12 untuk jenis tunggal dan jamak femininum,
12 untuk jenis tunggal dan jamak neutrum).
Untuk
setiap kata kerja tersedia empat kategori akhiran baku, yang disebut dengan coniugatio (konjugasi). Dengan konjugasi
tersebut dapat diketahui pelakunya (tunggal: saya/aku, engkau dia, atau jamak:
kami (kita), kamu sekalian/kalian, mereka), kapan tindakan itu
dilakukan/terjadi (sekarang, dulu dan akan datang), sifat aktif atau pasif,
serta suasana psikologis tindakan tersebut (sebuah harapan, perintah atau
proses). Dari sisi konjugasi ini saja, setiap kata kerja dalam Bahasa Latin
dapat memiliki lebih dari 60 infleksi.
Bahasa
Latin dapat dikatakan memiliki susunan kata yang menarik dalam kalimatnya.
Dalam bahasa-bahasa modern, penempatan kata menjadi penentu fungsi kata
tersebut dalam kalimat, misalnya sebuah kata yang ditempatkan di depan sebuah
kata kerja, biasanya ia berfungsi sebagai subyek. Dalam Bahasa Latin tidaklah
demikian. Fungsi sebuah kata ditentukan oleh akhiran casus dari kata tersebut dan bukan oleh penempatannya dalam
kalimat. Misalnya, kalimat “Puella (seorang
gadis: casus nominativus – subyek) reginam (seorang ratu: casus accusativus – obyek) videt (sedang melihat: predikat)” dapat
disusun menjadi “Reginam puella videt”
atau “Videt reginam puella”, tanpa
mengubah arti dan maknanya. Dalam Bahasa Latin, perubahan susunan tersebut
sangat tergantung dari rasa berbahasa (Marwoto dan Witdarmono, 2004: 333-334)
b. Pengertian Pasif
Istilah
kalimat pasif selalu dihubungkan dengan kalimat aktif, karena lazimnya, kalimat
pasif itu dibentuk dari kalimat aktif. Namun tidak semua kalimat aktif dapat
diubah menjadi kalimat pasif. Kalimat aktif yang dapat diubah menjadi kalimat
pasif adalah kalimat aktif yang fungsi predikatnya diisi oleh verba transitif,
yaitu verba yang memiliki komponen makna tindakan dan sasaran atau hasil.
Secara formal klausa atau kalimat yang predikatnya berupa verba transitif ini
akan diikuti oleh sebuah objek, yang berperan sebagai sasaran maupun sebagai
hasil tindakan (Chaer, 2009: 201)
Ketika kalimat pasif dibentuk dengan
mengubah objek menjadi subyek klausa pasif, dalam pemasifan tersebut subyek
klausa aktif secara teoretis mengalami tiga kemungkinan:
1.
konstituen ajentif
(pelaku) wajib hadir dalam klausa pasif;
2.
konstituen ajentif
hadir secara opsional dalam klausa pasif (artinya dapat diadakan, dapat juga
tidak);
3.
konstituen ajentif
tidak dapat hadir dalam klausa pasif.
Dari
ketiga kemungkinan ini, hanya poin 1 yang dikecualikan: tidak ada bahasa dengan
pasif sedemikian rupa sehingga konstituen ajentif wajib hadir. Jadi
berkaitan dengan konstituen ajentif
dalam klausa pasif, konstituen tersebut dapat diadakan secara opsional atau
tidak dapat diadakan sama sekali (Verhaar, 1996: 224)
Yang
menjadi ciri khas dalam bentuk kalimat pasif adalah frase verba-nya, dan frase
verba pasif ditunjukkan dalam kasus yang paling sederhana dalam modifikasi
verba transitif secara sintaksis dan morfologis. Secara lebih spesifik, frase
verba pasif dalam suatu bahasa akan terdiri dari modifikasi morfologis yang
ketat dari suatu kata kerja transitif dengan suatu kata kerja bantu tertentu
pada konstruksi kalimat pasif (Shopen, 1985: 250-251).
Jika
suatu kalimat pasif dibentuk dari suatu kalimat aktif, maka akan berlaku
langkah-langkah sebagai berikut (Chaer, 2009: 202):
1.
memindahkan objek
kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif;
2.
memindahkan subjek
kalimat aktif menjadi objek kalimat pasif;
3.
mengubah bentuk verba
dari berprefiks me- menjadi verba
berprefiks di-;
4.
menempatkan preposisi
oleh sebagai penanda pelaku secara
opsional di antara predikat dan objek pelaku.
Penjelasan
mengenai pembentukan kalimat pasif yang umum ini sekiranya juga berlaku pada
pembentukan pasif dalam bahasa Latin. Walau begitu, terdapat sekian pengecualian
dan pembentukan nomina-nomina pasif secara khusus.
2. Perubahan Aktif menjadi Pasif dalam Bahasa Latin
Dalam bahasa Latin, perubahan aktif menjadi pasif terjadi
kurang lebih sama dengan bahasa-bahasa lainnya, sehingga langkah-langkah
pembentukannya juga tidak jauh berbeda. Sebagai contoh:
Aktif : Puella reginam videt
(Gadis itu melihat ratu)
Aktif à Pasif
Puella (subyek/casus: nominativus) (a)
puella (objek pelaku/casus: ablativus)
reginam (obyek/casus: accusativus) Regina
(subyek/ casus: nominativus)
videt (verba/tunggal
3 aktif) videtur (verba/tunggal
3 pasif)
Pasif: Regina a puella videtur
(Ratu
itu dilihat oleh gadis)
Pada contoh di atas, dapat
ditunjukkan bahwa dalam perubahan dari aktif menjadi pasif dalam bahasa Latin,
perubahan jabatan kata dalam kalimat akan diikuti pula dengan perubahan casus dari kata tersebut. Kata ‘oleh’
dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan dengan kata Latin, ‘a’ (jika objek pelaku diawali dengan
konsonan) atau ‘ab’ (jika objek
pelaku diawali dengan vokal).
Karakteristik utama perubahan aktif
menjadi pasif dalam bahasa Latin adalah perubahan sufiks pada verba. Perubahan
ini disesuaikan dengan beberapa aspek, yakni modus atau bentuk (infitivus,
indicativus, coniunctivus, imperativus, participium), tempus atau waktu (praesens,
imperfectum, perfectum, plusquamperfectum,
futurum) dan persona atau kata ganti orang. Seumumnya, akhiran bagi verba pasif
adalah –r, -ris, -tur, -mur, –mini dan –ntur. Akhiran umum tersebut disematkan pada verba pasif dengan
mengikuti persona atau kata ganti
orang dari subyek kalimat pasif tersebut. Terdapat pengecualian yang berlaku
untuk tempus perfectum, plusquamperfectum
dan futurum exactum.
Sebagai contoh bagaimana perubahan
dari verba aktif menjadi verba pasif adalah pada tabel berikut ini yang
merupakan daftar coniugatio I dengan modus indicativus, tempus praesens:
PERSONA
|
AKTIF
|
PASIF
|
Tunggal pertama
|
Amo (aku
mencintai)
|
Amor (aku dicintai)
|
Tunggal kedua
|
Amas (engkau
mencintai)
|
Amaris
(engkau dicintai)
|
Tunggal ketiga
|
Amat (dia
mencintai)
|
Amatur
(dia dicintai)
|
Jamak pertama
|
Amamus (kami
mencintai)
|
Amamur
(kami dicintai)
|
Jamak kedua
|
Amatis (kamu
mencintai)
|
Amamini
(kamu dicintai)
|
Jamak ketiga
|
Amant (mereka
mencintai)
|
Amantur (mereka mencintai)
|
Tabel 1. Perubahan Verba Aktif ke Pasif (Coniugatio I, Indicativus, Praesens)
Sedangkan untuk verba yang ber-tempus perfectum, plusquamperfectum dan
futurum, perubahan verba dari aktif
menjadi pasif adalah sebagai berikut:
PERSONA
|
AKTIF
|
PASIF
|
Tunggal pertama
|
Amavi
(aku telah mencintai)
|
Amatus sum (aku telah dicintai)
|
Tunggal kedua
|
Amavisti (kau
telah mencintai)
|
Amatus es (kau telah dicintai)
|
Tunggal ketiga
|
Amavit (dia
telah mencintai)
|
Amatus est (ia telah dicintai)
|
Jamak pertama
|
Amavimus (kami
telah mencintai)
|
Amati sumus (kami telah dicintai)
|
Jamak kedua
|
Amavistis (kamu
telah mencintai)
|
Amati estis (kami telah dicintai)
|
Jamak ketiga
|
Amaverunt (mereka
telah mencintai)
|
Amati sunt (mereka telah dicintai)
|
Tabel 2. Perubahan Verba Aktif ke Pasif (Coniugatio I, Indicativus, Perfectum)
PERSONA
|
AKTIF
|
PASIF
|
Tunggal pertama
|
Amaveram
|
Amatus eram (aku telah dicintai)
|
Tunggal kedua
|
Amaveras
|
Amatus eras (kau telah dicintai)
|
Tunggal ketiga
|
Amaverat
|
Amatus erat (ia telah dicintai)
|
Jamak pertama
|
Amaveramus
|
Amati eramus (kami telah dicintai)
|
Jamak kedua
|
Amaveratis
|
Amati eratis (kamu telah dicintai)
|
Jamak ketiga
|
Amaverant
|
Amati erant (mereka telah dicintai)
|
Tabel 3. Perubahan verba aktif ke pasif (Coniugatio I, Indicativus, Plusquamperfectum)
PERSONA
|
AKTIF
|
PASIF
|
Tunggal pertama
|
Amavero
|
Amatus ero (saya akan dicintai)
|
Tunggal kedua
|
Amaveris
|
Amatus eris (kau akan dicintai)
|
Tunggal ketiga
|
Amaverit
|
Amatus erit (dia akan dicintai)
|
Jamak pertama
|
Amaverimus
|
Amati erimus (kami akan dicintai)
|
Jamak kedua
|
Amaveritis
|
Amati eritis (kamu akan dicintai)
|
Jamak ketiga
|
Amaverint
|
Amati erunt (mereka akan dicintai)
|
Tabel 4. Perubahan verba aktif ke pasif (Coniugatio I, Indicativus, Futurum exactum)
Perbedaan yang terjadi dalam perubahan dari aktif ke
pasif pada tempus perfectum dikarenakan
tidak adanya bentuk akhiran tersendiri untuk menunjukkan sesuatu yang telah
dilakukan secara pasif (Fokker, 1954:78). Maka untuk mengisi ketiadaan tersebut
dimanfaatkanlah participium pasif
(mengenai topik ‘participium pasif’
akan dibahas pada poin ketiga) bersamaan dengan kata kerja esse. Perlu diketahui terlebih dahulu, kata kerja esse merupakan salah satu kata kerja
istimewa dalam bahasa Latin. Fungsinya serupa dengan to be dalam bahasa Inggris, yakni untuk menerangkan subyek dalam
kalimat yang dimaksud.
Contohnya:
Roma
a Romulo condita est.
‘Roma oleh Romulus (telah) didirikan’
Kota Roma (telah) didirikan oleh
Romulus.
Pengecualian perubahan dari aktif ke
pasif, seperti pada tempus perfectum juga
berlaku pada tempus plusquamperfectum,
dikarenakan tidak adanya bentuk akhiran tersendiri untuk menunjukkan sesuatu
yang telah dilakukan secara pasif di masa lampau.
Contohnya:
Testimonia
omnia ab iis collecta erant.
‘semua kesaksian oleh mereka telah dikumpulkan’
Semua kesaksian telah dikumpulkan
oleh mereka.
Pembentukan
pasif pada tempus perfectum dan plusquamperfectum juga berlaku pada tempus futurum exactum, yakni tidak ada
bentuk akhiran tersendiri dalam bahasa Latin untuk menunjukkan sesuatu yang
telah dilakukan secara pasif di masa depan.
Contohnya:
Cras
urbis portae apertae erunt.
‘besok kota gerbang akan (telah) dibuka’
Besok gerbang kota akan (telah) dibuka.
3. Bentuk-bentuk Nomina Pasif dalam Bahasa Latin.
Dalam bahasa Latin, bentuk pasif
memiliki keistimewaan, yakni dapat dibentuk sebagai nomina dalam rupa infinitivus pasif, participium pasif dan gerundivum
(Fokker, 1954:77).
a.
Infinitivus pasif
Bentuk
infinitivus dalam bahasa Latin tidak hanya berupa aktif, tetapi juga
dalam rupa pasif. Infinivtivus pasif
ditandai dengan akhiran –ri dan
berlaku sebagai kata benda neutrum tunggal,
contohnya:
Periculum
vitari non potest
‘bahaya dihindarkan tidak dapat’
Bahaya tidak dapat dihindarkan.
Bentuk infinitivus pasif ‘vitari’ pada kalimat di
atas berasal dari verba dasar ‘vitare’ yang berati ‘menghindari’. Verba dasar
ini sama dengan bentuk infinitivus aktifnya.
b.
Participium pasif
Begitu pulanya dengan bentuk participium,
selain berbentuk aktif, ada pula yang berupa pasif. Participium pasif ditandai dengan akhiran seperti adjectivus (kata sifat), sehingga
disesuaikan dengan casus dan genus (jenis kelamin) dari kata yang dihubungkan
dengannya. Sebagai contoh:
Homo
doctus in se semper divitias habet.
‘orang terpelajar dalam diri selalu kekayaan mempunyai’
Orang yang terpelajar akan selalu
mempunyai kekayaan di dalam dirinya.
Kata ‘doctus’ merupakan bentuk participium pasif dari verba dasar ‘docere’ yang berarti ‘mengajar’. Ketika
diubah ke dalam bentuk participium pasif,
kata ‘docere’ yang semula berarti
‘mengajar’ menjadi ‘doctus’ yang
berarti ‘diajari’ atau ‘terpelajar’. Casus
dari kata ‘doctus’ pun
disesuaikan dengan casus dan genus dari kata yang dihubungkan
dengannya, yakni kata ‘homo’ yang ber-casus nominativus dan ber-genus masculinum. Sebagai contoh yang
lain dari penggunaan bentuk participium pasif
adalah:
Urbem
occupatam incenderunt.
‘kota yang diduduki mereka membakar’
Mereka membakar kota yang diduduki.
Kata ‘occupatam’ berasal verba dasar ‘occupare’ yang berarti ‘menduduki’. Setelah
diubah ke dalam bentuk participium pasif,
‘occupare’ menjadi ‘occupatam’, karena disesuaikan dengan casus dan genus dari kata yang dihubungkan dengannya, yakni ber-casus accusativus dan ber-genus femininum.
c.
Gerundivum
Selain bentuk nomina dalam rupa infinitivus pasif dan participium
pasif, bentuk pasif dalam bahasa Latin juga dapat berupa gerundivum. Yang dimaksud dengan gerundivum adalah bentuk kata yang
menyatakan keharusan atau kepatutan akan sesuatu yang harus dikerjakan (Fokker,
1954:80). Sebagai penanda bentuk gerundivum
ini adalah sufiks –ndus yang
diperlakukan seperti kata sifat dan disesuaikan dengan genus dari subyek kalimat. Sebagai contoh:
Eorum
pertinacia laudanda est.
‘mereka ketabahan hati harus dipuji’
Ketabahan hati mereka harus dipuji.
Sebagai contoh
lainnya:
Non
fugiendi sunt labores.
‘tidak seharusnya dihindari pekerjaan-pekerjaan’
Pekerjaan-pekerjaan tidak seharusnya
dihindari.
Mengenai bentuk gerundivum ini, jika pelakunya
disebutkan, maka yang menjadi casus-nya
adalah dativus. Sebagai contoh:
Liber
puero hodie reddendus est.
‘buku kepada anak laki-laki hari ini dikembalikan’
Hari ini buku ini harus anak
laki-laki itu kembalikan.
Kata ‘puero’ pada contoh kalimat di atas
adalah casus dativus dari kata ‘puer’. Sehingga berbeda dari bentuk
kalimat pasif pada bahasa Latin seumumnya, bentuk gerundivum menempatkan pelakunya tidak ke dalam casus ablativus, namun ke dalam casus dativus, yang biasanya merupakan casus bagi obyek penerima.
4. Kesimpulan
Sebagai bahasa yang telah hadir sejak awal sejarah peradaban
manusia di dunia, bahasa Latin harus diakui sebagai bahasa yang unik. Meski
berkembang dalam sekian periode, namun selalu terdapat karakteristik tersendiri
dalam pembentukan kalimat-kalimatnya. Karakteristik yang dimaksud tentunya
berkaitan dengan sifatnya sebagai bahasa yang inflektif, yang mana secara
gramatikal sangat bergantung pada perubahan akhiran setiap kata dalam
kalimatnya, tak terkecuali di sini dalam pembentukan pasifnya. Akhiran-akhiran seperti
–r, -ris, -tur, -mur, -ntur dan –mini akan selalu dikenal sebagai
kekhasan bentuk pasif dalam bahasa Latin secara umum, meski terdapat
pengecualian dalam tempus perfectum,
plusquamperfectum dan perfectum
exactum yang tidak memiliki akhiran khusus untuk menunjukkan bentuk
pasifnya, sehingga harus memanfaatkan ‘bantuan’ kata kerja istimewa esse. Selain itu, bentuk pasif dalam
bahasa Latin memiliki keistimewaan untuk membentuk nomina-nomina khusus yang
terwujud dalam infinitivus pasif,
participium pasif dan gerundivum.
Daftar Pustaka
Chaer,
Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta: Penerbit Rhineka Cipta.
Crystal,
David. 1997. The Cambridge Encyclopedia
of Language (Second Edition). Cambridge: Cambridge University Press.
Fokker,
A.A., Dr. 1954. Ichtisar Tata Bahasa
Latin. Jakarta: Penerbit Djambatan.
Marwoto,
B.J. dan Witdarmono, H. 2006. Proverbia
Latina (Pepatah-pepatah Bahasa Latin). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Shopen,
Timothy. 1985. Language Typology and
Syntactic Description, Vol. I: Clause Structure. Cambridge: Cambridge
University Press.
Verhaar,
J.W.M. 1996. 1996. Asas-asas Linguistik
Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Pustaka Laman
http://www.orbilat.com/Languages/Latin/Latin.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar